A.
Milliariasis
1. Pengertian
Ada beberapa pendapat yang
mengemukakan tentang pengertian miliariasis. Berikut ini ada lima definisi dari
miliariasis yang didapat dari berbagai sumber buku yang berbeda, yaitu:
a) Miliariasis merupakan penyakit kulit
yang disebabkan oleh tertutupnya saluran kelenjar keringat. (Hassan, 1984).
b) Miliariasis adalah kelainan kulit
akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier. (Adhi Djuanda,
1987).
c) Miliariasis adalah kelainan kulit
akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier. (Adhi tnya pori
kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
d) Miliariasis atau biang keringat
adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan
saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang
tertutup pakaian (dada dan punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau
gesekan pakaian dan dapat juga dikepala. Keadaan ini biasanya di dahului oleh
produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk,
kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair. (Arjatmo
Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
e) Ada pendapat lain yang mengatakan
bahwa miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar
keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas lembab seperti daerah
tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim hujan yang suhunya panas
dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan yang
menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat. Keringat yang
masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan
disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat
keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
Dari pengertian di atas maka dapat di simpulkan,
milliariasis adalah kelainan
kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair
yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar
keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung),
tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.
2.
Klasifikasi Milliariasis
Tergantung dari letak kelainan, maka terdapat beberapa
bentuk miliariasis, diantaranya yaitu:
a) Miliariasis kristalina
Pada
penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm berisi cairan jernih tanpa
disertai kulit kemerahan, terutama pada badan setelah banyak berkeringat,
misalnya karena hawa panas. Vesikel bergerombol tidak disertai tanda-tanda
radang atau inflamasi pada bagian badan yang tertutup pakaian. Umumnya tidak
memberi keluhan subjektif dan sembuh dengan sisik yang halus. Pada gambaran
histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal. Pengobatan tidak
diperlukan, cukup dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan
ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah
predileksi lipat siku, lipat lutut, lipat payudara, lipat paha dan punggung,
dahi, leher, dan dada. Vesikel terletak sangat superfisial, kecil dan tembus
terang, tidak disertai tanda-tanda inflamasi dan mudah pecah. Biasanya tidak
ada keluhan subjektif. (Hassan, 1984)
Ia
timbul pada pasien dengan peningkatan keringat seperti pasien demam di ranjang.
Lesinya berupa vesikel sangat superfisial, jernih, dan kecil tanpa reaksi
peradangan, asimptomatik dan berlangsung singkat dan cenderung mudah pecah
akibat trauma teringan pun. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
b) Miliariasis Rubra
Penyakit
ini lebih berat daripada miliariasis kristalina. Terdapat pada badan dan
tempat-tempat tekanan ataupun gesekan pakaian. Terlihat papul merah atau papul
vesikular ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih. Milliaria jenis ini
terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik. Kelainan bentuknya
dapat berupa gelembung merah kecil, 1-2 mm, dapat tersebar dan dapat
berkelompok. (Adhi Djuanda, 1987)
Patogenesisnya
belum diketahui pasti, terdapat dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan
primer, banyak keringat dan perubahan kualitatif, penyebabnya adanya sumbatan
keratin pada muara kelenjar keringat dan perforasi sekunder pada bendungan
keringat di epidermis. Pendapat kedua mengatakan bahwa primer kadar garam yang
tinggi pada kulit menyebabkan spongiosis dan sekunder terjadi pada muara
kelenjar keringat. Staphylococcus juga diduga memiliki peranan. Pada gambaran
histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan
peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah
predileksi sama seperti pada miliaria kristalina. Lesinya berupa papulo
vesikula eritematosa yang sangat gatal dan diskrit, kemudian konfluens dengan
dasar merah, sering terjadi maserasi karena terhalangnya penguapan kelembaban.
Keringat keluar ke stratum spinosum. Bisa terjadi infeksi sekunder dengan
impetigo dan furunkulosis, terutama pada anak-anak. Terutama timbul pada bagian
tubuh yang tertutup pakaian seperti punggung dan dada. (E.Sukardi dan Petrus
Andrianto, 1988)
c) Miliariasis Profunda
Bentuk
ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis. Kelainan ini biasanya timbul
setelah miliaria rubra.ditandai dengan papula putih, kecil, keras, berukuran
1-3 mm. Terutama terdapat di badan ataupun ekstremitas. Karena letak retensi
keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada
vesikel. Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema. (Adhi Djuanda, 1987)
Pada
gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis
bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang. Pengobatan dengan cara
menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan, mengusahakan regulasi suhu
yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau
tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah
predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan kaki. Lesi
berupa vesikel yang berwarna merah daging, disertai gejala inflamasi maupun
keluhan rasa gatal, disebabkan penyumbatan di bagian atas kutis.
Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama sekali tidak berfungsi. Biasanya
timbul setelah menderita milliaria rubra yang hebat. (Hassan, 1984)
d) Miliariasis Pustulosa
Pada
umumnya didahului oleh dermatosis yang menyebabkan gangguan saluran kelenjar
ekrin dan terjadi pustel superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya berupa pustula
steril yang gatal, tegas, superfisial dan tak berhubungan dengan folikel
rambut. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
3. Penyebab Milliariasis
Ada beberapa penyebab dari milliariasis adalah :
a. Udara panas dan lembab dengan
ventilasi udara yang kurang
b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan
tidak menyerap keringat
c. Aktivitas yang berlebihan
d. Setelah menderita demam atau panas
e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh
bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat
keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum
4.
Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya
milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga
pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan
adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya
radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi
oleh stratum korneum. (Vivian, 2010)
Milliariasis sering terjadi pada
bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum
sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada
usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu
kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke
daerah sekitarnya. (Vivian, 2010)
5.
Gejala
dan Tanda Milliariasis
Milliariasis pada bayi baru lahir
memiliki gejala atau tanda sebagai berikut :
a. Bintik kemerahan yang terjadi pada
kulit bayi
b. Bayi rewel
6.
Penatalaksanaan
Pada Bayi
Asuhan yang diberikan pada neonatus,
bayi, dan balita dengan milliaria bergantung pada beratnya penyait dan keluhan
yang dialami. Asuhan yang umum diberikan adalah sebagai berikut:
a. Perawatan kulit yang benar dan
selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
b. Prinsip asuhan adalah mengurangi
penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
c. Upayakan untuk menciptakan
lingkungan dengan kelembaban yang cukup serta suhu yang sejuk dan kering,
misalnya pasien tinggal diruangan ber-AC atau didaerah yang sejuk dan kering.
d. Gunakan pakaian yang menyerap
keringat dan tidak terlalu sempit.
e. Segera ganti pakaian yang basah dan
kotor.
f. Biang keringat yang tidak kemerahan
dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi.
7.
Terapi
Berikut ini merupakan beberapa
terapi yang dapat dilakukan untuk mengobati miliariasis, diantaranya yaitu:
a.
Prinsipnya
asuhan adalah mengurangi produksi keringat dengan memindahkan pasien ke ruangan
dengan alat pengatur udara, dianjurkan ke daerah berhawa sejuk dan kering,
menggunakan kipas angin atau air conditioning. Disamping memberi kesempatan
hilangnya sumbatan pori-pori yang sudah timbul dengan sendirinya.
b.
Gunakan
pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap keringat dan tidak terlalu sempit
serta bekerja diruangan yang ventilasi nya baik.
c.
Keringat
harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian yang basah dan
kotor.
d.
Topikal
bisa diberikan bedak atau bedak kocok pendingin dengan bahan antigatal, dapat
ditambah dengan mentol 0,25% sampai 1% kalau gatal. Lanolin anhidrat dan
salephidrofilik bisa menghilangkan sumbatan pori sehingga mempermudah aliran
keringat yang normal. Kasus ringan bisa berespon dengan bedak seperti talkum
bayi. Bila ada infeksi sekunder, diatasi dengan krim antibiotika dan topikal
diberikan lotio kummerfeldi atau bedak kocok dengan antibiotika. Bisa diberikan
Acidum Salicylicum lain 1-2%
Mentol 1%
Oxydum Zinci 10-20%
Talcum Venetum ad 100%
Atau dapat menggunakan pilihan kedua, yaitu:
Acidum Salicylicum
Menthol aa 1%
Sulfur Praecipilatum 5%
Glycerin 5%
Spiritus Fortior 10 cc
Aqua ad 10 cc
e.
Untuk
miliaria pustulosa dapat diberikan bedak kocok dengan ditambahkan sulfur precipitatum
2%. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
f.
Pada
milliaria rubra dapat diberikan bedak salicil 2% dengan menambahkan menthol
0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam. Losio faberi dapat pula digunakan,
komposisi nya sebagai berikut:
Acid.Salicylic 1%
Talc.venet 10%
Oxyd.zinc10 %
Amyl.oryzae10 %
Spiritus ad. 200 cc
Untuk memberikan efek antipruritus
dapat ditambahkan mentholum atau campuran pada losio faberi. (Adhi Djuanda,
1987)
g.
Penderita
miliaria yang sedang menjalani latihan fisik berat perlu diberi vitamin C 1
gram sehari untuk mencegah terjadinya anhidrotic heat exhaustion.
h.
Obat-obat
topikal yang sering digunakan
a). Losio Faberi
Acidum Salicylicum 0,5%
Oxydum Zinzici 5%
Talcum Venetum 5%
Amylum Oryzae 5%
b). Rode Hond Talk
c). Bedak kocok asam borat (Hassan,
1984)
Bedak kocok cocok untuk dermatosis
papula dan eritematosa akut yang luas. Tempat efek penyejuknya menguntungkan.
Ia mungkin mempunyai efek mengeringkan atas dermatosis vesikula. Pasta
pengering kurang mengotorkan daripada salep atau pasta berlemak. Tetapi bedak
kocok dan pasta pengering harus dihindari pada dermatoss madidans karena
kandungan bedaknya melekat dan menyokong pembentukan krusta. (Andrianto,
Petrus.1987)
- Peran Bidan
Berikut ini merupakan peran bidan
dalam kasus milliariasis yang ditinjau dari aspek pelayanan kesehatan promotif,
kuratif, rehabilitatif, dan preventif. Diantaranya yaitu:
a.
Pelayanan
kesehatan promotif
Memberikan informasi kepada ibu
mengenai:
a)
Perawatan
kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
b) Kebersihan kuku dan tangan anak.
Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk.
c) Keringat yang harus segera
dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan kotor.
(Vivian, 2010)
b. Pelayanan Kesehatan Preventif
a) Menggunakan pakaian yang tipis dan
longgar serta menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
b)
Melakukan
perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
c) Menjaga kebersihan kuku dan tangan
anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk
d)
Keringat
harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan
kotor. (Vivian, 2010)
c. Pelayanan Kesehatan Kuratif
a)
Topikal
bisa diberikan bedak atau bedak kocok pendingin dengan bahan antigatal, dapat
ditambah dengan mentol 0,25% sampai 1% kalau gatal. Lanolin anhidrat dan
salephidrofilik bisa menghilangkan sumbatan pori sehingga mempermudah aliran
keringat yang normal.
b)
Kasus
ringan bisa berespon dengan bedak seperti talkum bayi. Bila sangat gatal,
pedih, luka dan timbul bisul akibat infeksi, penderita sebaiknya segera dibawa
ke dokter. Dokter akan memberikan obat minum serta krim atau salap bila
diperlukan, untuk mengatasi keluhan tersebut. Dan bila timbul bisul jangan
dipijat arena kuman dapat menyebar ke sekitar sehingga semakin meluas. (Arjatmo
Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
c)
Biang
keringat yang tidak kemerahan dan kering, anjurkan untuk diberi bedak salicil
atau bedak kocok setelah mandi. Dan bila membasah jangan berikan bedak karena
gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar. (Vivian, 2010)
d. Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif
a)
Sedapat
mungkin mencegah produksi keringat yang berlebihan, dengan cara menghindari
hawa panas dan kelembaban yang berlebihan, misalnya memakai pakaian tipis dan
menyerap keringat, mandi dengan air dingin dan menggunakan sabun. Selama
berbagai faktor penyebab yang berpengaruh dapat diatasi, kekambuhan dapat
dihindari.
b)
Biang
keringat dapat membaik dalam beberapa hari setelah penderita pindah ke
lingkungan yang lebih sejuk, atau ke tempat dengan ventilasi yang lebih baik.
(Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
- Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan – penemuan,
keterampilan dalam rangkaiuan atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 1997)
Manajemen
kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan
data dasar dan berakhir pada evaluasi. Langkah – langkah tersebut membentuk
kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi,
setiap langkah tersebut bisa dipecah – pecah ke dalam tugas – tugas tertentu
dan semua bervariasi sesuai kondisi klien.
2. Langkah – langkah Manajemen
Kebidanan
Menurut varney proses manajemen
kebidanan terdiri dari 7 langkah yang terdiri atas :
a.
Langkah
1 : Identifikasi dan analisa data dasar
Adalah pengumpulan data yang lengkap dari klien, data ini termasuk riwayat klien, baik keadaan kesehatan yang lalu termasuk juga keadaan keluarga, pemeriksaan fisik atas indikasi dari keadaan sekarang serta pemeriksaan laboratorium.
Adalah pengumpulan data yang lengkap dari klien, data ini termasuk riwayat klien, baik keadaan kesehatan yang lalu termasuk juga keadaan keluarga, pemeriksaan fisik atas indikasi dari keadaan sekarang serta pemeriksaan laboratorium.
b.
Langkah
2 : Merumuskan diagnose atau masalah actual
Langkah ini dikembangkan dari interpretasi data menjadi identifikasi spesifik mengenai masalah atau diagnose. Masalah lebih sering diidentifikasi oleh bidan dengan berfokus pada apa yang dikemukakan oleh klien secara individu.
Langkah ini dikembangkan dari interpretasi data menjadi identifikasi spesifik mengenai masalah atau diagnose. Masalah lebih sering diidentifikasi oleh bidan dengan berfokus pada apa yang dikemukakan oleh klien secara individu.
c.
Langkah
3: Merumuskan diagnose atau masalah potensial
Identifikasi adanya diagnose masalah potensial lain dari diagnose atau masalah sekarang adalah merupakan antisipasi atau pencegahan jika memungkinkan menunggu dan waspada dan persiapan segala sesuatu yang dapat terjadi. Pada langkah ini sangat penting dalam memberikan perawatan selanjutnya.
Identifikasi adanya diagnose masalah potensial lain dari diagnose atau masalah sekarang adalah merupakan antisipasi atau pencegahan jika memungkinkan menunggu dan waspada dan persiapan segala sesuatu yang dapat terjadi. Pada langkah ini sangat penting dalam memberikan perawatan selanjutnya.
d.
Langkah
4 : Intervensi Segera atau Kolaborasi
Menggambarkan sifat proses manajemen secara terus menerus yang tidak terbatas pada pemberi pelayanan dasar pada kunjungan antenatal secara periodic, tetapi juga pada saat persalinan. Data yang baru diperoleh tetap di evaluasi dimana bidan harus bertindak segera dalam rangka menyelamatkan ibu dan janin. Situasi lain yang bukan merupakan keadaan darurat tetapi boleh memerlukan kolaborasi dokter/manajemen kolaboratif
Menggambarkan sifat proses manajemen secara terus menerus yang tidak terbatas pada pemberi pelayanan dasar pada kunjungan antenatal secara periodic, tetapi juga pada saat persalinan. Data yang baru diperoleh tetap di evaluasi dimana bidan harus bertindak segera dalam rangka menyelamatkan ibu dan janin. Situasi lain yang bukan merupakan keadaan darurat tetapi boleh memerlukan kolaborasi dokter/manajemen kolaboratif
e.
Langkah
5: Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah – langkah sebelumnya.
Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah – langkah sebelumnya.
f.
Langkah
6 : Implementasi / Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini dilaksanakan rencana tindakan, hal mungkin dapat dilaksanakan seluruhnya oleh petugas kesehatan atau sebagian dilaksanakan sendiri oleh pasien, bidan atau tim kesehatan lainnya. Meskipun dalam situasi dimana bidan melaksanakan kolaborasi atau emergency dengan tim kesehatan lain, maka bidan juga harus mengetahui hasil tindakan tersebut. Implementasi yang efektif akan dapat mengurangi biaya perawatan dan mengingkatkan kualitas pelayanan.
Pada langkah ini dilaksanakan rencana tindakan, hal mungkin dapat dilaksanakan seluruhnya oleh petugas kesehatan atau sebagian dilaksanakan sendiri oleh pasien, bidan atau tim kesehatan lainnya. Meskipun dalam situasi dimana bidan melaksanakan kolaborasi atau emergency dengan tim kesehatan lain, maka bidan juga harus mengetahui hasil tindakan tersebut. Implementasi yang efektif akan dapat mengurangi biaya perawatan dan mengingkatkan kualitas pelayanan.
g.
Langkah
7 : Evaluasi
Evaluasi pada dasarnya adalah cara untuk mengetahui apakah rencana yang tidak dilaksanakan sudah memenuhi kebutuhan pasien yang sesuai dengan yang diidentifikasikan pada tahap penentuan diagnose atau masalah., rencanadilakukan berhasil atau efektif bila tidak dilaksanakan maupun sebagian tidak terlaksana oleh klien.
Evaluasi pada dasarnya adalah cara untuk mengetahui apakah rencana yang tidak dilaksanakan sudah memenuhi kebutuhan pasien yang sesuai dengan yang diidentifikasikan pada tahap penentuan diagnose atau masalah., rencanadilakukan berhasil atau efektif bila tidak dilaksanakan maupun sebagian tidak terlaksana oleh klien.
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
a. Dokumentasi SOAP
Metode
dokumentasi SOAP merupakan intisari dari proses piker dalam manajemen kebidanan
yang menggambarkan catatan tentang perkembangan klien yang dicatat dalam rekam
medis dengan pengertian :
S : (subjektif) adalah yang disampaikan klien kepada pemeriksa
O : (objektif) yang temukan baik melalui apa yang dilihat, diraba ataupun
S : (subjektif) adalah yang disampaikan klien kepada pemeriksa
O : (objektif) yang temukan baik melalui apa yang dilihat, diraba ataupun
dirasakan oleh pemeriksa
A :
(assessment/ analisis) adalah kesimpulan pemeriksa berdasarkan dari
data subjektif dan objektif serta hasil
pemeriksaan laboratorium.
P :
(planning) adalah penatalaksanaan asuhan, apa yang dilakukan dan
Dievaluasi berdasarkan assessment serta
analisis sebelumnya.
b. Penggunaan Dokumentasi SOAP
Catatan SOAP digunakan sebagai salah
satu metode dokumentasi Asuhan Kebidanan oleh karena merupakan :
a) Kemajuan informasi yang sitematis
yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan menjadi rencana asuhan
b) Intisari dari langkah – langkah
dalam proses kebidanan
c) Urut – urutnya dapat membantu dalam
mengorganisir pikiran dalam memberi asuhan yang menyeluruh.
d) Pencatatan atau dokumentasi penting
oleh karena :
a. Merupakan catatan yang bersifat
permanen tentang asuhan yang diberikan
b. Memfasilitasi berbagai informasi di
antara para pemberi asuhan
c. Memfasilitasipemberian asuhan yang
berkesinambungan
d. Memfasilitasi evaluasi efektifitas
asuhan yang diberikan
e. Dapat digunakan sebagai data
nasional, keperluan riset, statistic morbilitas dan mortalitas
f. Meningkatkan pemberian asuhan yang
aman, efektif, dan berkualitas.
- PENDOKUMENTASIAN
Nama
Bayi : By “E”
Nama
Orang tua : Ny “ N”/ Tn “Y”
Kasus
: Milliariasis
Alamat
: Jln. Perintis
Kemerdekaan Km.12
WAKTU
|
DATA
|
ASESSMENT
|
WAKTU
|
PLANNING
|
||
S
|
O
|
|||||
Kamis, 20 Oktober 2011
|
Bayi rewel
|
· Tampak
adanya bercak kemerahan pada kulit bayi
· Tampak
papula /gelembung
merah kecil
|
Keadaan bayi kurang baik (milliariasis
rubra)
|
Kamis, 20 Oktober 2011
Jam 08.00 WITA
|
· Memberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
· Beritahu orang tua bayi, agar mengganti baju bayi tersebut
dengan pakaian tipis dan dapat menyerap keringat
· Memberitahu ibu agar menghindari udara panas yang
berlebihan
|
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Miliariasis
adalah kelainan kulit yang ditandai
dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat
keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi,
leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami
tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.
Milliariasis
dapat digolongkan menjadi 3 bentuk yaitu Miliaria kristalina, Miliaria
rubra,dan Miliaria profunda
Factor
penyebab dari milliariasis adalah udara panas dan lembab dengan ventilasi udara
yang kurang, pakaian yang terlalu ketat dan bahan tidak menyerap keringat, aktivitas
yang berlebihan.
- Saran
Dalam penyusunan
tulisan ini, kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari
para pembaca dalam rangka perbaikan terhadap karya tulis selanjutnya.
mbak..tidak ada daftar pustaka nya ??
BalasHapusCasinos Near Casino Porterville, CT - MapYRO
BalasHapusSearch 시흥 출장샵 for Casinos Near Casino 부천 출장샵 Porterville, CT 서귀포 출장안마 from MapYRO. MGM Resorts International Airport 충주 출장샵 and 서산 출장안마 Port Canaveral International Airport (Port Canaveral